Pada zaman dahulu, tanah Mausul pernah dipimpin oleh salah satu Raja yang bernama Namrud. Dengan kesewenangan dan kekejaman kekuasaan Raja Namrud didalam قصص الأنبياء ( kisah para Nabi ) ada keterangan dari sabda Nabi yang artinya begini :
Yang merajai bumi ini ada 4, yang dua mukmin dan yang kedua yaitu kafir. Yang beriman yaitu Nabi Sulaimam As bin Dawud dan Dzulqornain. Adapun yang kafir yaitu Namrud dan Buhtanashor. Raja Namrud adalah orang yang pertama menjadi Raja yang memakai Mahkota, tanda sebagai seorang Raja. Apa yang menjadi kekejaman Raja Namrud bukan hanya perkara yang lahir (dhohir), namun hatinya para manusia dipaksa supaya menyembah kepada dia.
Untuk menjaga dalam kekuasaannya itu dibantu oleh sesepuh Dukun dan Ahli Nujum (peramal). Malah Bapaknya Nabi Ibrahim sendiri yang bernama Azar, termasuk salah satu orang yang dicintai oleh Raja Namrud, karena pandai membuat berhala ( Patung ).
Para ahli nujum tadi memberitahukan sebuah ramalan kepada Raja Namrud, bahwa pada tahun ini akan lahir seorang anak laki-laki yang akan merubah kepercayaan agama orang-orang tua terdahulu dan akan menyingkirkan dan merobohkan kerajaanmu.
Menurut keterangan Muhammad bin Ishaq, kemudian Raja Namrud memerintahkan pasukan supaya menangkapi orang-orang perempuan yang hamil dan dimasukkan kedalam penjara. Jika perempuan yang dipenjara tadi melahirkan anak laki-laki, kemudian akan dibunuh anak tersebut.
Dari perbuatan kejamnya itu tadi, ibunya Nabi Ibrahim As dijaga oleh Allah Swt dari golongan perempuan-perempuan yang dimasukkan dalam penjara.
Menurut keterangan Ibnu Abbas, ketika malam kelahiran Nabi Ibrahim As para ahli nujum memberitahukan kepada Raja Namrud, jika malam ini anak yang akan merobohkan istana Raja Namrud. Pada saat itu Raja Namrud memerintahkan untuk membunuh anak laki-laki yang lahir dimalam itu.
Takut akan ikut dibunuh, ketika Nabi Ibrahim As lahir kemudian dibungkus kain dan selimut ditaruh didalam gua yang berada dipinggir sungai yang kering airnya.
Ketika Nabi Ibrahim As sudah besar kemudian diajak keluar dari dalam gua, supaya hidup berdampingan dengan orang-orang, dan dididik oleh Bapaknya ( Azar ) untuk beribadah menyembah berhala ( patung ). Akan tetapi pendidikan dan ajaran Bapaknya tidak bisa masuk ke akal fikiran Nabi Ibrahim As.
Jalan yang menuntun Nabi Ibrahim As beriman kepada Allah Swt.
Awalnya Nabi Ibrahim As beriman kepada Allah Swt, yaitu berfikir tentang keadaan hal-hal yang terjadi di alam dunia ini.
Ketika suatu malam yang gelap gulita dan bintang-bintang yang berkelip dilangit, Nabi Ibrahim As mengira kalau itu Tuhan, namun ketika bintang-bintang mulai meredup kemudian Nabi Ibeahim As yakin kalau itu bukan Tuhan. Ketika melihat Bulan yang terang menerangi malam yang gelap gulita juga dikira Tuhan, namun ketika Bulan sudah mulai redup, Nabi Ibrahim As juga menganggap kalau itu juga bukan Tuhan. Begitu juga disaat melihat Matahari, dianggap sebagai Tuhan yang lebih besar, namun ketika melihat Matahari sudah terbenam, Nabi Ibrahim As akhirnya meyakini kalau Bintang, Bulan, dan Matahari, itu semua bukan Tuhan.
Nabi Ibrahim As berkata lkepada para kaumnya, jika hatinya tidak termasuk golongan orang yang musyrik.
Didalam surat Al An'am : 76-78 diterangkan :
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًا ۗقَالَ هٰذَا رَبِّيْۚ فَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَآ اُحِبُّ الْاٰفِلِيْنَ
Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.”
فَلَمَّا رَاَ الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هٰذَا رَبِّيْ ۚفَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَىِٕنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّاۤلِّيْنَ
Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”
فَلَمَّا رَاَ الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هٰذَا رَبِّيْ هٰذَآ اَكْبَرُۚ فَلَمَّآ اَفَلَتْ قَالَ يٰقَوْمِ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ
Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”
Kemudian setelah itu Nabi Ibrahim As hatinya tetap berkeyakinan, beriman kepada Allah Swt yang Maha Kuasa semesta alam.
Seperti yang tersebut pada terusan ayat diatas :
اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۚ
Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
Dan pada saat itu Nabi Ibrahim As berpisah dengan Bapaknya dan kaumnya yang masih menyembah berhala. Berpisahnya dikarenakan bertentangan dengan i'tikad keimanannya. Nabi Ibrahim beriman kepada Allah Swt sedangkan Bapaknya tetap berkeyakinan dengan sesembahannya ( berhala ).
Nasihat Nabi Ibrahim kepada Bapaknya diterangkan didalam Al Qur'an surat Maryam 42 :
اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِيْ عَنْكَ شَيْـًٔا
(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?
Dan selanjutnya Nabi Ibrahim As berpesan kepada Bapaknya, namun tidak diterima dengan baik, sebaliknya malah diancam. Seperti yang telah disebutkan didalam Al Qur'an surat Maryam 46 :
قَالَ اَرَاغِبٌ اَنْتَ عَنْ اٰلِهَتِيْ يٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهِ لَاَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِيْ مَلِيًّا
Dia (ayahnya) berkata, “Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.”
Sejak saat itu Nabi Ibrahim As, sering mendapat cobaan, rintangan dan banyak bahaya yang mengerikan dari Raja Namrud dan para kaumnya yang ditujukan kepada Nabi Ibrahim As,.
Seperti disaat Nabi Ibrahim As pernah dibakar atas perintahnya Raja Namrud, tetapi atas pertolongan Allah Swt, semua macam siksaan tadi tidak mempan terhadap hati Nabi Ibrahim As, dan semua rintangan dan bahaya tadi tidak bisa menghentikan langkah Nabi Ibrahim As dalam berdakwah mengajak menyembah Allah Swt dan menghidup-hidupkan hukum Allah Swt.
Kemudian setelah itu Nabi Ibrahim As berpindah meninggalkan tanah Mesir bersama dengan Isterinya, yaitu Siti Saroh. Ditanah Mesir hampir saja Siti Saroh diambil kehormatannya oleh Raja Mesir yang rakus tabiatnya, akan tetapi Allah Swt menjaga kesucian Siti Saroh. Ketika Nabi Ibrahim As dan Siti Saroh akan berangkat pergi ke tanah Kan'an ( Palestina ), Putri dari Raja Mesir yang bernama Hajar diikutkan, disuruh untuk menemani, yang akhirnya Siti Hajar menjadi Isteri Nabi Ibrahim As dengan seizinnya Siti Saroh. Dan Siti Hajar adalah yang melahirkan Nabi Ismail As, yang akhirnya akan menurunkan Nabi Muhammad Saw.
Sedangkan Siti Saroh adalah yang melahirkan anak yaitu Nabi Ishaq.